Senin, 16 Juli 2012

Siapa bilang tinggal di Jakarta itu enak? (Part 1: Trotoar)

Siapa bilang tinggal di Jakarta itu enak? Mungkin banyak diantara pembaca yang setuju maupun ga setuju dengan judul itu. Tapi, itulah yang gue rasain. Sejak gue lahir, gue udah tinggal di Jakarta. Selama gue tinggal di Jakarta, masalah yang ga pernah ilang dari yang namanya kota Jakarta itu adalah kesemerawutan jalan raya. Ancaman bahaya akan selalu ada kalo kita berhubungan dengan jalan raya. Gak hanya di jalannya saja, tapi juga trotoar yang notabene merupakan fasilitas pejalan kaki. Inilah kesemerawutan lalu lintas di Jakarta:
1. Trotoar dipakai untuk parkir, sebagai jalan pintas sepeda motor, dan sebagai tempat mangkal pedagang kaki lima.
Jangan harap mendapatkan trotoar yang aman dan nyaman di Ibukota Negara Indonesia ini. Praktis hanya trotoar di sepanjang jalan Jenderal Sudirman dan M.H Thamrin yang menerut gue "sedikit layak". Gue bilang begitu karena trotoar di tempat ini terbilang lebar. Tapi gak berarti kenyaman lo terjamin di trotoar ini. Lo harus berbagi dengan para pedagang kaki lima, asongan, maupun para pengendara sepeda motor yang dengan sengaja melintas di trotoar ini meskipun di trotoar ini sudah diberikan penghalang agar motor tidak bisa melintas. Tapi para pengendara motor "bengal" dan gak tahu aturan itu mengakalinya dengan berbagai macam cara sehingga mereka bisa melintas di trotoar dan seolah tak berdosa.


sumber foto: tribunnews.com

Bayangkan, trotoar di jalan protokol aja seperti itu, lalu gimana dengan trotoar di ruas jalan lainnya? Sudah pasti jawabannya adalah "mengenaskan". Yap, mengenaskan adalah kata yang paling cocok untuk menggambarkan kondisi trotoar di kota metropolitan ini. Jangankan kenyaman saat berjalan di trotoar, untuk berjalan di trotoar yang merupakan hak pejalan kakipun ga bisa. Kenapa? Lagi-lagi diakibatkan oleh ulah para pedagang yang menajajakan dagangannya sembarangan.  Mereka dengan enaknya menggelar dagangannya memenuhi seluruh lebar jalan. Contoh saja di ruas jalan Pasar Minggu Raya, banyak lo ga akan pernah merasakan kenyaman dan keamanan saat berjalan disana. Lo diharuskan turun ke jalan raya dan berhadapan dengan kendaraan-kendaraan yang "siap" mengancam keselamatan lo. Bagaikan pasar, lo akan menemukan banyak pedagang yang ada di sepanjang ruas ini mulai dari pedagang durian, helm, bengkel motor, kerajinan rotan, dan lain-lain. Terlebih lagi daerah kalibata dekat Masjid Mujahiddin tak hanya menjajakan dagangan di seluruh trotoar, mereka juga merusak taman-taman yang telah dibuat oleh pemerintah. Ironisnya, mereka ada saat pengajian akbar terselenggara disana dan para penjualpun lengkap dengan pakaian serba putih mirip seperti peserta pengajian. Entah apa yang terjadi, justru disaat pengajian ini terjadi, disanalah banyak para pedagang berjualan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mereka kesana, berniat untuk mengaji ataukah berjualan dan belanja? Ironis memang. Di saat pengajian seharusnya menjadi ajang mendekatkan diri dengan Tuhan YME malah dikhiananti dengan kegiatan yang sangat egois. Mereka dengan segaja merampas hak orang lain, para pejalan kaki, untuk berjualan dan hanya memikirkan diri mereka sendiri. 


Ini baru poin pertama gan.. masih ada beberapa lagi, tunggu postingan berikutnya ya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar